Rabu, 05 September 2012

EVALUASI PROGRAM TBC TK.KABUPATEN TTU

Dinas Kesehatan Kabupaten TTU melalui Kasubdin P2p, dr. Wayan Niartha ,M.Kes. melakukan evaluasi keberhasilan program TB semester I tahun 2012.
Indikator yang di nilai adalah sebagai berikut:
1.Penjaringan terhadap suspec untuk kabupaten TTU baru mencapai 31 %, untuk semester I, dan pada tahun 2011 Januari sampai desember adalah 67 %. (rekapan hasil cakupan dari 24 Puskesmas yang ada di kabupaten TTU.
2. Angka penemuan kasus BTA + diantara suspec adalah 17 %, dari target 35 % sampai dengan juni 2012.
3.Angka konversi 98 %.
4.Angka kesembuhan 88 %.
5.Angka keberhasilan program 88 %.
 

POSYANDU IDEAL

Sejak di perkenalkan tahun 1986 perkembangan posyandu sangat baik dan mendapatkan perhatikan dari berbagai kalangan.
Posyandu atau pos pelayanan terpadu merupakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat untuk menjalankan pelayanan dengan filosifi dari, oleh dan untuk masyarakat. Tujuan pembentukan posyandu adalah mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejatera (NKKBS), menurunkan angka kematian ibu dan anak. Secara umum posyandu yang ideal adalah  sebagai berikut:
 




1. Kelembagaan : adanya srtuktur organisasi yang jelas tentang pelaksanaan posyandu, yang langsung di tangani oleh kepala desa sebagai penanggung jawab umum, ketua pelaksana tehnis ketua Tim Penggerak PPK desa, POKJA IV dan tenaga pelaksana adalah kader kesehatan,  bila kelembagaan baik dan sistim tata kerja baik maka pelaksanaan posyandu akan berjalan baik.
2. Perangkat kerja: kunci  utama keberhasilan posyandu adalah kader, kader yang telah di latih dan memperoleh seretifikat pelatihan.
Secara manajemen kader yang ada di posyandu dapat membagi tugas diantara kader, dengan adanya pembagian tugas yang jelas diantara kader dapat meningkatkan gairah kerja, melatih bertanggungjawab,serta  membina kekompakan. Tugas yang terberat kader adalah pada meja III berkaitan dengan Pengisian KMS. Kader yang bertugas di meja III harus teliti guna mendapatkan hasil kerja yang akurat.
3..Planing: agar posyandu disebut ideal kader kesehatan harus mempunyai rencana kerja yang jelas serta terpampang pada posyandu, seperti rencana kegiatan pelaksanaan posyandu, rencana kunjungan rumah, dan lain sebagainya. 
 4.Perangkat penilaian: standar perangkat penilaian posyandu adalah SKDN, yang harus secara rutin di nilai. S menggambarekan jumlah sasarean yang ada di posyandu, K menggambarkan jumlah sasaran yang memiliki KMS, D menggambarkan partisipasi masyarakat untuk datang di posyandu, dan N megukur tingkat keberhasilan posyandu dengan menghitung jumlah anak yang naik berat badanya.
Posyandu yang ideal harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, lintas sektor terkai, perangkat desa, PKK. 
Hambatan dan Kendala, hambatan yang terbesar yang cukup dirasakan adalah masih kurang dukungan dari sektor lain, instansi yang selalu hadir di posyandu pada saat pelaksanaan kegiuatan adalah dinas kesehatan (puskesmas) dan Tenaga Lapangan Keluarga Berencana.
Solusi yang terbaik adalah konsolidasi, dan pembentukan Kelompok kerja Posyandu tingkat desa, serta adanya dukungan dana operasional dari pemerintah untuk operasional Tim Kerja Kecamatan.


Selasa, 04 September 2012

ASMA. (albertori@yahoo.co.id)


bedygangdut@gmail.com
Istilah asma berasal dari Yunani yang berarti "terengah-engah" dan berarti serangan napas pendek. Gejala ini hanya mau menunjukan adanya penyempitan jalan napas (Sylvia A Price,Phatofisiologi,konsep-konsep penyakitwww.blogger.com. Perubahan patologis yang menyebabkan obstruksi jalan napas terjadi pada bronchus,dan bronciolus.
Asma bisa di ketegorikan menjadi, asma alergik atau ekstrinsik  yang disebabkan kepekaan individu terhadap alergen. Bahan alergen ini biasanya protein dalam bentuk serbuk sari yang di hirup, buluh halus binatang, debu, serat kain.Asma seperti lebih sering ditemukan pada orang dewasa, karena terpapar dengan faktir alergen. Pajanan alergen walaupun dalam jumlah yang sedikit dapat menimbulkan serangan asma. sebaliknya pada penderita yang mengalami asma idiopatik,atau instrisik, tidak di temukan faktor-faktor pencetus.  Faktor non spesifik  seperti flu biasa, latihan fisik, atau emosi, hal-hal seperti ini dapat memicu serangan asma.  Asma instrisik lebih sering di jumpa setelah berumur di atas 40 tahun, dan serangannya akan timbul setelah adanya infeksi sinus hidung atau pada percabangan trakeabronchial. 
Bila serangan dengan gejala seperti di atas tidak cepat diatasi maka akan berlanjut menjadi  bronchitis kronis, karena terlambat di tangani dan sering mengalami serangan gejala.
Setelah seseorang terpapar dengan faktor alergen ataupun faktor pencetus lainnya maka akan timbul dispnea, pasien akan berusaha berdiri atau duduk dan berusaha mengerahkan tenaga untuk bernapas. Keadaan yang tersulit pada penderita asma adalah pada saat ekspirasi, secara  anatomi percbangan trakeobronchial melebar dan memanjang, selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronchiolus yang sempit. mengalami edema dan terisi mukus, yang dalam keadaan normal akan berkontraksi, sampai tingkatan tertentu pada saat ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehinggah terjadi hiperinflasi progresif paru.
Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khawww.blogger.coms asma sewaktu pasien  berusaha memaksakan udara keluar. Serangan asma seperti ini dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, di ikuti batuk produktif, dengan sputum berwarna keputih-putihan.
Terapi yang di berikan kepada penderita asama terdiri atas pemberian bronkodilator, desensitisasi, spesifik yang lama koma menghindari alergen yang sudah di kenal, dan kadang-kadang obat kortikosteroid. selang waktu antara dua serangan biasanya bebas dari kesulitan bernapas.
Asma dan di bedakan dari bronchitis chronik dan emfisema karena sifatnya yang interniten dan berdasarkan kenyataan bawah empisema langsung terus menerus selama berhari-hari dan tak dapat di tanggulangani dengan cara pengobatan biasa di kenal dengan nama status asmatikus.

BERPIKIR PREVENTIVE oleh Albertus E.M.Tori., SST.

albertori@yahoo.co.id
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
PHBS menjadi banyak perhatian dari komunitas kesehatan. Pelaksanaan PHBS mutlak di laksananakan guna memberikan sebuah manfaat bagi peningkaan status kesehatan masyarakat dewasa ini.
Masalah yang di hadapi saat ini masih, masih banyak pemahaman masyarakat tentang upaya preventif yang masih keliru, kecendrungan masyarakat, adalah melakukan kontak dengan petugas kesehatan bila telah menderita penyakit. Beberapa pengertian sederhana berkaitan dengan berpikir preventif adalah, kalau sakit cepat berobat, dan bila telah berobat jangan sampai parah, serta kalau sudah parah jangan sampai mati...wah ini yang repot. Selama ini yang terjadi, berdasarkan pengalaman penulis adalah adanya konsep yang keliru dari pelaku, penerima yaitu ketika masalah muncul diatas permukaan baru di ambil langka-langka, padahal  bagaimana upaya kita untuk menggali masalah yang belum muncul ke permukaan, agar dengan segera cepat diatasi dan mencegah penularan terhadap orang lain. Hal ini bisa di lakukan bila sistim informasi yang ada di tengah masyarakat  di desain sedemikian rupa, sehingga ketika ada masalah selalu ada komunikasi dengan  pihak pelaksana kesehatan. Melalui informasi yang cepat akan dengan sedini mungkin melakukan upaya pencegahan dan menghambat terjangkit kepada masyarakat lain.
Berpikir preventif, bukan berarti kasus diare tidak boleh ada, kasus TBC tidak boleh ada, kasus Gizi buruk tidak boleh ada,  namun bagaimana kasus-kasus  itu di temukan secara dini.




PENCAPAIAN SPM PUSKESMAS MAUBESI,KECAMATAN INSANA TENGAH KABUPATEN TTU , JAN SAMPAI JULI 2012

Pembangunan bidang kesehatan tidak semata di fokuskan pada upaya Pengobatan, di era globalisasi dewasa ini, upaya kesehatan di lakukan untuk mendapatkan gambaran hasil kegiatan yang di ukur melalui  Standar Pelayanan Minimal (SPM) biadang Kesehatan.
Puskesmas Maubesi yang dalam keterbatasan dalam pelaksanaan tugas  sudah mampu bersaing dengan puskesmas-puskesmas lain yang ada di Indonesia.
Jenis kegiatan yang di lakukan adalah sebagai berikut:
1. PROMOSI KESEHATAN:
a. % rumah yang di kaji PHBS adalah 58.75 %
b. % rumah dengan PHBS adalah 42.6 %
c. % Institusi pendidikan dengan PHBS adalah 100 %
2.Perilaku KIA dan GIZI:
a. Bayi mendapatkan ASI Eklusif adalah 35 %
b.% keluarga mengkomsumsi garam beryodium adalah 67 %
c.D/S adalah 85.5 %
3.UKBMukbm.com
a. Posyandu Purnama 14 buah
b.Posyandu pratama 3 buah
c.100 % kader meampu memberikan penyuluhan di Meja IV
4.KIA dan KB
1. Pelayanan K1 Umum 52 %
2.Pelayanan Ibu Hamil K1 standart: 38 %
3.Pelayanan Ibu Hamil K4 42 %
4.Persalinan oleh tenaga kesehatan 50 %
5.Persalinan di fasilitas memadai adalah 50 %
Rata rata pencapaian kegiatan KIA belum mencapai target hingga bulan juli 51.1 %.

RAPAT KOORDINASI NICE PROJEK

Rapat konsolidasi Nice projek tingkat Kecamatan Insana Tengah berlangsung di Aula Puskesmas Maubesi, tanggal 3 September 2012.
Camat Insana Tengah Bernadus S.Saunoah, S.Sos, mengatakan pada pembukaan kegiatan "bahwa Projec Nice walaupun akan berakhir, namun di harapkan kerja dan program Pelaku Program akan terus berkelanjutan, dan selalu berkoordinasi dengan pihak Pemerintah Kecamatan dan Puskesmas Maubesi. Kehadiran Nice Projek pada dua desa yaitu desa Maubesi dan Letmafo, tidak semata-mata bawah  kedua desa ini tidak adanya ketersedian pangan bagi masyarakat. Namun tujuan program NICE mau peningkatkan pola asuh yang baik bagi anak, perilaku pemberian ASI Eklusif, meningkatnya Partisipasi masyarakat, serta meningkatnya anak yang naik berat badannya. Maka pertemuan NICE yang akan di lakukan lebih banyak memberikan evaluasi terhadap perubahan kegiatan dan keberhasilan program NICE.
Dalam pertemuan tersebut dihadiri Tim Tehnis Projek NICE Kabupaten TTU Fery Tasau, SKM., M.Kes, Kepala Desa, Kader KGM, Kepala Puskesmas Maubesi Albertus E.M.Tori., SST, dan Staf serta Lintas sektor dari Kecamatan INsana Tengah.
Evaluasi Program NICE yang di bawakan Kepala Puskesmas Maubesi menguraikan tentang indikator program NICE antara lain:
1.Partisipasi Masyarakat di Posyandu rata-rata baik yang        diukur melalui D/S: rata rata 90 %
2.Pemberian Asi Eklusif  rata-rata semua anak di berikan asi eklusif sejak umur 0 bulan samapai 6 bulan atau 100 %
3.keberhasilan program yang di ukur dari N/D  rata-rata 60 %.